Keterlibatan anak-anak
sering bergantung pada agenda-agenda
dan konsep orang
dewasa.
-Edda Ivan Smith-
Istilah
partisipasi sangat sulit untuk disepakati menjadi satu penafsiran. Ada yang
mengatakan partisipasi berarti menjadi anggota suatu kelompok, terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu, bercakap-cakap atau urun rembug, bahkan lebih jauh lagi dikaitkan dengan pembagian
kekuasaan dan pengambilan keputusan. Dalam dunia anak, kata ini akan mereka
tagih dengan pertanyaan; mainan apa sih partisipasi itu? asyik gak? apa yang
bisa kudapatkan dari partisipasi?. Secara singkat partisipasi anak adalah
mencoba untuk melihat sesuatu dari perspektif mereka (anak) dan memperlakukan
mereka sebagai subjek, bukan dari objek suatu program aksi. Dalam program Safe School ada banyak kegiatan yang
mensyaratkan tingkat partisipasi sebagai salah satu indikator keberhasilan
program. Termasuk diantaranya yang utama adalah indikator partisipasi anak.
Setahun
lebih perjalanan program, banyak hal yang bisa kita cermati dari rangkaian
kegiatan Baseline, Indepth Interview,
HVCA Anak, Training PRB Anak, FGD Renaksi Anak, Proposal Anak hingga Simulasi
yang banyak mensyaratkan partisipasi anak. Di satu sisi tidak dapat dipungkiri
bahwa angka partisipasi menjadi sangat penting, terlihat dari jumlah target
capaian beneficeries (disingkat
benef). Namun di sisi lain, partisipasi yang `berkualitas` menjadi jauh lebih
penting meski tidak mudah juga untuk mewujudkannya. Misalnya jika dihadapkan
pada pertanyaan sudahkah pendekatan partisipasi dan `bertumpu pada anak` yang
kita lakukan mampu menyuntikkan kesadaran kritis pada anak, bukan sekedar memberikan
pengetahuan, memberikan tugas dan kegiatan mendengarkan saja?. Apakah
partisipasi anak yang kita dorong dan kita kembangkan dalam program memang
telah ideal atau senafas dengan tangga `participation
ladder`nya Roger Hart (1994)?
Gambar 1. Fasilitasi Kegiatan Penilaian Ancaman Kerentanan dan Kapasitas
di Sekolah Dasar
Jika
dihubungkan dengan Tangga Partisipasinya Roger Hart, partisipasi anak dalam Program
Sekolah Aman lebih dominan berada pada tangga ke-5 yakni Konsultasi dan
Informasi Anak. Anak lebih banyak didorong menerima informasi serta didorong
untuk ambil bagian dalam aktivitas dan proses suatu kegiatan yang telah
terstruktur. Inisiatif anak lebih diarahkan pada upaya distribusi informasi di
antara sesama mereka, yang diwujudkan dalam kegiatan diseminasi PRB sebagai
tutor sebaya (peer to peer educator).
Pada tataran yang lebih tinggi, inisiatif anak juga dicoba didorong dalam
kegiatan FGD Renaksi Anak dan Pembuatan Proposal Anak, namun hal itu masih
sebatas usulan kegiatan yang pada akhirnya juga harus dikonsultasikan dengan
kalangan dewasa, yakni guru dan para pihak di sekolah lainnya. Diperlukan terobosan-di luar siklus program-,
yang memungkinkan partisipasi anak bisa lebih meningkat dan berkualitas.
Gambar 2. Fasilitasi Proses HVCA dengan Metode Permainan |
Hal
itu coba dilakukan oleh Tim Siaga SD N Sanetan dengan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tukar pikiran dan penyamaan persepsi terkait identifikasi
ancaman, kerentanan dan kapasitas (HVCA) dan penyusunan Dokumen Renaksi Desa
Sanetan. Berangkat dari undangan pihak Desa kepada perwakilan Tim Siaga SD N Sanetan,
tim pun menyiapkan diri dengan berbekal Peta Ancaman SD yang telah dibuat dan
juga mengasah kembali teknik fasilitasi
yang telah diterima dalam program Sekolah Aman. Mereka menyadari tingkat
kesulitan dari tugas mereka yakni bagaimana menyampaikan gagasan dalam bentuk
presentasi Peta HVCA kepada kalangan dewasa. Sebelumnya mereka lebih sering
berperan sebagai tutor sebaya bagi teman-teman mereka sendiri, kali ini mereka
harus bisa menjadi diseminator untuk kalangan dewasa. Jika sebelumnya mereka lebih
sering berbagi ide dengan teman-teman mereka sendiri, kali ini mereka harus
berani berbagai ide dan saran kepada kalangan dewasa.
Gambar 3. Kegiatan Menggambar Peta Ancaman Kerentanan dan Kapasitas HVCA Sekolah | oleh Anak |
Saat
itu pun tiba. Sabtu, 9 Februari 2013 kegiatan HVCA Dewasa dan Penyusunan
Dokumen Renaksi Desa Sanetan pun digelar. Kegiatan diawali dengan Games Angin
Bertiup yang dipandu oleh fasilitator Bapak Supeno dari FPRB Gunem. Peserta
dewasa dan Tim Siaga SD N Sanetan mengikuti dengan antusias. Dilanjutkan dengan
penjelasan maksud dan tujuan kegiatan yakni ingin membandingkan sekaligus
menyamakan persepsi antara analisa ancaman, kerentanan dan kapasitas dari pihak
sekolah dan pihak Desa Sanetan. Tujuan kedua adalah menyusun dokumen Renaksi
Desa yang melibatkan para pihak, baik dewasa maupun anak. Sesi presentasi
dimulai dengan memberikan kesempatan kepada Tim Siaga SD N Sanetan untuk
menjelaskan ancaman serta kerentanan sekolah dengan media Peta Ancaman,
Kerentanan dan Evakuasi yang telah dibuat dalam kegiatan Sekolah Aman. Dimulai
dengan Karimatun Nisa dengan Peta Ancaman Banjir, Nafis Khusnul M. dengan Peta
Ancaman Longsor, dan Wulan Setianingrum dengan Peta Ancaman Kebakaran.
Gambar 4. Mendorong Partisipasi Anak dalam Proses HVCA |
Disamping
presentasi Peta dari Tim Siaga SD N Sanetan, dalam forum tersebut juga
dilakukan presentasi Peta dari Tim Siaga Desa serta Peta dari Forum Anak Desa
(FAD) Desa Sanetan. Di akhir presentasi, ada catatan menarik terkait bagaimana
Ainul Nur Ikhsanuddin, Ketua Tim Siaga menanggapi pertanyaan salah satu peserta
kegiatan. Mbah Tamsuri (Modin) Desa Sanetan bertanya sebagai berikut;”Pertanyaan saya tujukan kepada Tim Siaga
Sekolah maupun Desa. Bagaimana jika ada ancaman banjir maupun ancaman tanah
longsor?”. Dengan lugas, Ikhsan menanggapi; “ Assalamua`alaikum wr wb. Saya akan menanggapi pertanyaan dari mbah
Tamsuri atau mbah Modin. Jika terjadi banjir atau tanah longsor di sekolah atau
Desa, yang pertama dilakukan adalah memukul kentongan, mengumpulkan warga di
suatu titik kumpul sementara sambil menunggu instruksi dari kepala Desa untuk
mencari tempat yang aman. Demikian tanggapan dari saya Tim Siaga. Wassalamu`alaikum
Wr. Wb”. Sebuah jawaban yang sebenarnya sudah sering mereka sampaikan
kepada teman-teman mereka sendiri, namun kali ini disampaikan kepada kalangan
dewasa di tingkat Desa, bukan di sekolah.
Dari
kalimat-kalimat lugas yang disampaikan Ikhsan, terlihat bahwa Ikhsan berusaha
menyesuaikan konteks dari sebelumnya tanda peringatan dini yang dibunyikan
kepala sekolah-seperti yang ia pahami selama ini di sekolah-, menjadi tanda peringatan
dini yang dibunyikan Kepala Desa. Urgensi berkumpul di titik kumpul sementara
pun tetap disampaikan sambil menunggu intruksi Kepala Desa sebelum mengungsi di
titik pengungsian. Hal yang menarik adalah Ikhsan bisa menyampaikan runtutan
kalimat tersebut dengan tanpa rasa canggung atau malu-malu. Sangat kalem untuk
seukuran anak SD. Untuk itu pulalah applause
pun diberikan peserta kepada Ikhsan. Dalam sesi berikutnya Tim Siaga dilibatkan
dalam memeringkatkan ancaman Desa Sanetan serta menyusun Dokumen Renaksi Desa.
Gambar 5. Pengenalan Terminologi Kebencanaan dalam Kegiatan HVCA Anak |
Partisipasi
Tim Siaga SD N Sanetan dalam urun rembug di
Balai Desa Sanetan dapat diibaratkan sebagai `pertempuran kecil` Tim Siaga
dalam bertukar pikiran dan mempresentasikan Peta Ancaman Banjir sebagai ancaman
siginifikan di wilayah SD N Sanetan khususnya, sesuatu yang banyak pihak di
Desa sempat meragukannya. Hal ini karena hasil peringkat ancaman yang berbeda
antara SD maupun Desa. SD menempatkan ancaman banjir sebagai ancaman utama.
Sedangkan Desa menempatkan ancaman tanah longsor sebagai ancaman utama.
Perbedaan ini pun akhirnya diakomodir dalam Peta Ancaman, Kerentanan dan
Evakuasi terbaru yang dibuat Forum PRB Tingkat Desa. Ada 3 ancaman utama yang
ada di Desa Sanetan, tanah longsor di Dukuh Sanetan, Ancaman banjir di Dukuh
Gambel (di mana SD N Sanetan berada), dan Ancaman Kekeringan di Dukuh Teben dan
Dukuh Pancuran.
Dengan
diakomodirnya peta ancaman banjir yang dibuat Ikhsan dan kawan-kawan dalam peta
HVCA Desa Sanetan, membuktikan bahwa anak-anak mampu memberikan partisipasi
aktif sekaligus partisipasi fungsional dalam memberikan ide atau gagasan kepada
orang dewasa. Partisipasi aktif di sini berarti menyampaikan ide berdasar
inisiatif dan pemahaman yang dimiliki. Dan partisipasi fungsional yang berarti
partisipasi yang salaras dengan perannya sebagai Tim Siaga Sekolah. Dapat
dikatakan, partisipasi Tim Siaga SD N Sanetan dalam kegiatan PRB di Desa
Sanetan mampu mangangkat partisipasi anak ke level 6 Tangga Partisipasi-nya
Roger Hart, yakni Inisiatif dari Dewasa dengan Didiskusikan dengan Anak-anak.
Suatu capaian tak terduga yang bisa menjadi pembelajaran program.